MOTIVASI
1) Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada
sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mengerahkan daya dan potensi bawahan agar mau bekerja sama
secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang ditentukan.
James L Gibson ( 2007:185 ), mendefinisikan motivasi
adalah “ Kekuatan yang mendorong seorang
karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku “. Motivasi merupakan hasrat
di dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan .
Menurut Wahjosumidjo dalam Kepemimpinan dan Motivasi
(1987:174)
“ Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi
antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri
seseorang. Dan motivasi sebagai proses psikologis timbul atau diakibatkan oleh
faktor di dalam diri seseorang yang disebut instrinsik atau faktor di luar diri
seseorang yang disebut faktor ekstrinsik “.
Motivasi seseorang dipengaruhi oleh stimuli kekuatan
instrinsik yang ada pada diri seseorang / individu yang bersangkutan, stimuli
eksternal mungkin juga dapat mempengaruhi motivasi, tetapi motivasi itu sendiri
mencerminkan reaksi individu terhadap stimuli tersebut. Wahyusumidjo
mengatakan: “Motivasi merupakan daya dorong sebagai hasil proses interaksi
antara sikap, kebutuhan, dan persepsi bawahan dari seseorang dengan lingkungan,
motivasi timbul diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya sendiri disebut
faktor instrinsik, dan faktor yang dari luar diri seseorang disebut faktor
ekstrinsik.”
Selanjutnya faktor instrinsik dapat berupa
kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita
yang menjangkau masa depan. Seseorang sering melakukan tindakan untuk suatu hal
dalam mencapai tujuan, maka motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada tujuan,
dan itu jarang muncul dengan sia-sia. Kata butuh, ingin, hasrat dan penggerak semua
sama dengan motive yang asalnya dari kata motivasi. Jadi motivasi adalah daya
penggerak seseorang untuk melakukan tindakan.
Dari beberapa pengertian tentang motivasi dapat
disimpulkan bahwa motivasi harus memusatkan pada faktor-faktor yang menimbulkan
atau mendorong aktivitas-aktivitas para individu, faktor-faktor tersebut
mencakup kebutuhan, motif-motif, dan drive-drive. Motivasi berorientasi pada
proses dan berhubungan dengan pelaku, arah, tujuan, dan balas jasa perilaku
yang diterima atas kinerja. Dapat juga disimpulkan “Motif dan motivasi dapat
mendorong, menggerakkan aktivitas individu untuk berbuat, bekerja, mengerjakan
sesuatu dalam suatu organisasi”.Ada bermacam-macam teori motivasi diantaranya
yaitu :
(1)
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Teori ini dipelopori oleh Abraham Maslow pada tahun
1954.
Ia menyatakan bahwa manusia mempunyai berbagai
keperluan dan mencoba mendorong untuk bergerak memenuhi keperluan tersebut.
Keperluan itu wujud dalam beberapa tahap kepentingan. Setiap manusia mempunyai
keperluan untuk memenuhi kepuasan diri dan bergerak memenuhi keperluan
tersebut.
Lima hierarki keperluan menurut Maslow (1954) adalah kebutuhan:
a.
Faali ( fisiologis): antara lain rasa lapar, haus,
perlindungan ( pakaian
dan
perumahan), sex dan kebutuhan ragawi lain
b.
Keamanan : antara lain keselamatan dan perlindungan
terhadap
kerugian
fisik dan emosional.
c.
Sosial : mencakup kasih sayang,
rasa dimiliki, diterima baik, dan
persahabatan. Penghargaan : mencakup
faktor rasa hormat internal
seperti harga diri, otonomi,
dan prestasi ; dan faktor hormat
eksternal
seperti status, pengakuan,
dan perhatian.
d.
Aktualisasi diri: dorongan untuk menjadi apa yang ia
mampu menjadi
; mencakup pertumbuhan, mencapai potensialnya, dan pemenuhan
diri.
(2)
Teori Dua Faktor Herzberg
Kajian yang dilakukan oleh Herzberg, Mausner dan
Synderman menghasilkan teori dua faktor. Maksud dua faktor tersebut ialah
faktor yang memberi kepuasan (motivator) dan faktor yang tidak memberi
kepuasan (hygiene). Kehadiran faktor motivator akan menyebabkan
seseorang itu merasakan kepuasan kerja, dan ketiadaannya tidak semestinya
membawa kepada ketidak puasan kerja. Sebaliknya tidak adanya faktor hygiene akan menyebabkan ketidakpuasan kerja tetapi
kenyataannya tidak semestinya membawa kepuasan kerja.
Teori Maslow mempunyai dua implikasi penting kepada
pengurusan organisasi. Pertama, pihak pengurusan perlu mengetahui bila kepuasan
hierarki keperluan pekerja bermula dan berakhir supaya mereka dapat merancang sesuatu
untuk memotivasi pekerjanya. Kedua, adalah wajar jika keperluan tahap rendah
seperti keperluan fisiologi dan keselamatan pekerja telah dipenuhi oleh pihak
pengurusan organisasi terlebih dahulu supaya pekerjanya menjadi lebih termotivasi,
kreatif dan produktif.
(3)
Teori X dan Teori Y McGregor
Douglas McGregor
dalam Manajemen Sumber Daya Manusia M. Manullang (1998 : 110 -111) mengemukakan dua pandangan yang saling bertentangan
tentang kodrat manusia, yang dia sebutkan sebagai Teori X dan Teori Y. Dalam
teori X , ancangan tradisionil, McGregor berasumsi bahwa “manusia, pada
dasarnya tidak senang bekerja dan tidak bertanggung jawab dan harus dipaksa
bekerja. Teori Y, ancangan modern, adalah didasarkan kepada asumsi bahwa “manusia
pada dasarnya suka bekerja sama, tekun bekerja dan bertanggung jawab” Dari ancangan Teori X, manusia adalah satu
diantara unsur-unsur produksi selain uang, material serta peralatan, yang kesemuanya
harus dikendalikan oleh manajemen.
Manusia adalah sejenis makhluk hedonistis dan cenderung
kepada kesenangan serta penderitaan, tidak senang bekerja dan akan menghindari
kerja jika dapat. Karena kebencian terhadap kerja, sebagian besar orang-orang
harus dipaksa dan diancam dengan hukuman agar membuatnya mengerahkan upaya yang
mencukupi untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi. Dalam masyarakat
materialistis dengan taraf hidup yang relatif rendah dan kekurangan lapangan
kerja, teori manajemen ini cenderung untuk diterapkan dengan baik, tetapi dalam
masyarakat yang kurang materialistis dengan taraf hidup yang
lebih tinggi serta
peluang-peluang yang lebih besar untuk memperoleh pekerjaan, ancangan
negatif dari teori X akan menemui kegagalan.
Teori Y McGregor, seperti teori X, dimulai dengan
asumsi bahwa manajemen bertanggungjawab atas pengorganisasian unsur-unsur
produksi, yaitu uang, bahan-bahan, peralatan dan karyawan tetapi kesamaan itu
berakhir di sini. Teori Y mengemukakan, motivasi, potensi untuk berkembang,
kapasitas untuk memikul tanggungjawab dan kesediaan untuk mengarahkan perilaku
ke arah perwujudan tujuan-tujuan organisasi, kesemuanya terdapat di dalam diri individu,
tetapi menjadi tanggung jawab manajemen di dalam pengembangannya. Tugas mutlak
dari manajemen menurut teori Y adalah mengatur kondisi-kondisi organisasi dan
metode-metode operasi agar karyawan dapat mencapai tujuan-tujuannya sendiri
dengan mengarahkan upaya-upayanya sendiri ke arah tujuan-tujuan organisasi. Ini
adalah suatu pencetusan dari rasa Integrasi.
(4) Teori
Kebutuhan Akan Prestasi Mc. Clelland
Kebutuhan akan prestasi, walaupun tidak dikemukan
secara tegas dalam hierarki kebutuhan Maslow, namun mendasari kebutuhan
penghargaan dan aktualisai diri. Begitu pula motivator Herzberg menekankan
pengakuan akan prestasi itu penting bagi kekuasaan. Mc. Clelland mengemukkan
teorinya yaitu Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory atau
Teori Motivasi berprestasi Mc. Clelland. Teori ini berpendapat bahwa karyawan
mempunyai cadangan energi potensial .
Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan tergantung
pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang
tersedia. Energi akan dimanfaatkan oleh karyawan karena dorongan oleh : kekuatan
motif dan kekuatan dasar yang terlibat, harapan keberhasilannya, dan nilai insentif yang terlekat pada tujuan.
Hal-hal yang
memotivasi seseorang adalah :
a.
Kebutuhan akan
prestasi (need for achievement), merupakan daya penggerak yang
memotivasi semangat bekerja seseorang. Karena itu, need for achievement akan
mendorong seseorang untuk mengembangkan kreatifitas dan mengarahkan semua
kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang
maksimal. Karyawan akan antusias untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan
untuk itu diberi kesempatan. Seseorang menyadari bahwa hanya dengan mencapai
prestasi kerja yang tinggi akan dapat memperoleh pendapatan yang besar. Dengan pendapatan
yang besar akhirnya memiliki serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b.
Kebutuhan akan afiliasi (need for Affiliation)
menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang. Oleh karena
itu, need for Affiliation ini merangsang gairah bekerja karyawan karena
setiap orang menginginkan hal-hal : kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang
lain dilingkungan ia tinggal dan bekerja (sense of belonging), kebutuhan
akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense
of importance), kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of
achievement), dan kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of
participation). Seseorang karena kebutuhan need for Affiliation akan
memotivasi dan mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya.
c.
Kebutuhan akan
kekuasaan ( need for Power ). Merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat kerja karyawan. need for Power akan merangsang dan memotivasi gairah kerja
karyawan serta mengarahkan semua kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau
kedudukan yang terbaik. Ego manusia ingin lebih berkuasa dari manusia lainnya
akan menimbulkan persaingan. Persaingan ditumbuhkan secara sehat oleh manajer
dalam memotivasi bawahannya, supaya mereka termotivasi untuk bekerja giat. Orang-bisnis,
terutama wiraswastawan-manajer, relatif lebih termotivasi prestasi dibandingkan
dengan kolompok lainnya, dalam masyarakat. Ia mengemukakan bahwa para pengejar
prestasi (achieverrs) ini mempunyai kualitas sebagai berikut: (1) menyukai
situasi aman mereka bertanggung jawab pribadi untuk memecahkan masalah-masalah,
(2) Cenderung menetapkan sasaran prestasi yang moderat dan mengambil ‘resiko
yang telah diperhitungkan’, (3) menginginkan umpan balik yang konkrit tentang
hasil pekerjaan mereka. Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi itu cenderung
mengambil resiko yang sedang-sedang (moderate) saja dripada mengadu untung atas
situasi dengan kemungkinan imbalan yang tinggi, tetapi kemungkinan kegagalan
juga besar, Ini tampaknya secara intuitif berguna. Si pengejar prestasi (achiever)
itu tertarik pada rangkaian sukses yang konsisten dan tidak ingin menodai
rekornya dengan suatu kegagalan total. Jadi teori Mc. Clelland menyatakan bahwa
ada tiga type dasar kebutuhan motivasi yaitu kebutuhan untuk prestasi (need
for Achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation),
dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Kepala Sekolah dalam
memotivasi para guru hendaknya dapat menyediakan peralatan, menciptakan
lingkungan sekolah yang baik, memberikan kesempatan guru untuk mengembangkan
karir , sehingga memungkinkan guru untuk meningkatkan semangat kerjanya untuk
mencapai need for Achievement, need for affiliation, dan need
for power yang diinginkan, yang merupakan daya penggerak untuk memotivasi
guru dan staf tatausaha dalam mengarahkan semua potensi yang dimilikinya. Guru
sebagai manusia pekerja juga memerlukan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
sebagaimana dikembangkan oleh Maslow, Herzberg dan Mc. Fremon E. Kast dan James
E. Rosenzweig dan Clelland, sebagai sumber motivasi dalam rangka meningkatkan
semangat mengajarnya.
Untuk meningkatkan produktivitas kerja dalam suatu organisasi
diperlukan suatu motivasi yang terus menerus.
Menurut Nawawi (2000 : 351) kata motivasi memiliki
kata dasar motif yang berarti dorongan sebab atau dasar seseorang untuk
melakukan sesuatu. Dengan demikian :
“Motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau
menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang
berlangsung secara sadar.”
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2002 : 143)
mengemukakan bahwa : “Motivasi adalah pemberian daya penggerak
yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama,
bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai
kepuasan.”
Untuk mempermudah pemahaman motivasi belajar, dibawah ini dikemukakan pengertian motif, motivasi, dan motivasi kerja. Abraham Sperling (dalam
Mangkunegara, 2002 : 93) mengemukakan bahwa motif didefinisikan sebagai suatu
kecenderungan untuk beraktivitas dimulai dari dorongan dalam diri (drive)
dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan untuk
memuaskan motif. William J. Stantan (dalam Mangkunegara 2002 : 93)
mendefinisikan bahwa motif adalah kebutuhan yang distimulasi yang berorientasi
pada tujuan individu dalam mencapai rasa puas.
Motivasi didefinisikan oleh Fillmore H. Stanford
(dalam Mangkunegara 2002 : 93) bahwa : ”Motivasi sebagai
suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu tujuan tertentu.”
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam
diri pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan
motivasi adalah kondisi yang menggerakkan guru agar mampu mencapai tujuan dari
motifnya. Sedangkan motivasi dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan
dorongan dalam diri (drive arousal).
Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja, Senest
L. Mc. Cormick (dalam Mangkunegara 2002 : 94) mengemukakan bahwa :
“ Motivasi
kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan
dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. ”
2)
Tujuan Motivasi
Tujuan
motivasi (dalam Hasibuan 2002 : 146) antara lain sebagai berikut :
a.
Meningkatkan
moral dan kepuasan kerja guru.
b. Meningkatkan produktivitas kerja guru.
c.
Mempertahankan kestabilan
sekolah.
d. Meningkatkan kedisiplinan guru.
e.
Mengefektifkan pengadaan guru.
f.
Menciptakan
suasana dan hubungan kerja yang baik.
g. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan
partisipasi guru.
h. Meningkatkan tingkat kesejahteraan.
i.
Mempertinggi rasa tanggung
jawab guru terhadap tugas-tugasnya.
j.
Meningkatkan
efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
3)
Faktor Motivasi
Peterson dan
Flowman dalam buku Malayu S.P. Hasibuan (2005 : 93) menyatakan bahwa orang yang
mau bekerja karena faktor-faktor sebagai berikut :
- Keinginan untuk hidup. (the desire of life)
- Keinginan untuk memiliki sesuatu (the desire for fosession)
- Keinginan akan kekuasaan (the desire for power)
- Keinginan akan pengakuan (the desire for recognotion)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar