Senin, 06 Agustus 2012

TEORI KEPEMIMPINAN

 
Pengertian kepemimpinan dapat didekati menurut teori sifat, yang bertolak dari pemikiran bahwa kedudukan kepemimpinan yang strategis, sehingga keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan ditentukan oleh pemimpin. Pendekatan kepemimpinan menurut sifat tersebut adalah bahwa keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki oleh pemimpin yang bersangkutan, baik sifat psikologis, maupun sifat fisik. Atas dasar pemikiran tersebut, maka untuk menjadi pemimpin yang berhasil, ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan pribadi tersebut adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Menurut Miller John D, sebagaimana dikutip oleh Wahjosumidjo (1984;33):
1. Kepemimpinan Menurut Teori Sifat
Teori ini bertolak dari pemikiran, bahwa keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan ditentukan oleh pemimpin, dan sifat pemimpin ditentutak oleh sifat-sifat, perangai atau cirri-ciri yang dimiliki oleh pemimpin yang bersangkutan, baik sifat psikologis, maupun sifat fisik Atas dasar pemikiran tersebut, maka untuk menjadi pemimpin yang berhasil, ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan pribadi tersebut adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Menurut Tjokroamidjojo, Bintoro (2004:75), sifat-sifat tersebut adalah:
a. Energi jasmani dan rohani (physical and nervous energy)
b. Kepastian akan maksud dan arah tujuan (a sense of purpose and
    direction)
c. Antusiasme atau perhatian yang besar (Enthusiasm)  
d. Keramah-tamahan, penuh rasa persahabatan dan ketulusan hati friendliness and effectiveness)
e. Integritas atau pribadi yang bulat (Integrity)
f. Kecakapan teknis (Technical mastery)
g. Mudah mengambil keputusan (Decisioness)
h. Cerdas (Intellegence)
i. Kecakapan mengajar (Teaching skill) dan
j. Kesetiaan (Faith)
Sifat-sifat tersebut merupakan sifat-sifat umum pemimpin. Kenyataan yang ada, pemimpin tidak harus memiliki sepuluh sifat tersebut, dan sangat dipengaruhi oleh kondisi pengikut atau orang atau kelompok orang yang dipimpin.
Menurut Millet John D, sebagaimana dikutip oleh Wahjosumidjo (1984: 97), seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Kemampuan melihat organisasi sebagai suatu keseluruhan (the ability to see an enterprise as a whole)
b. Kemampuan mengambil keputusan (the ability to make decisions)
c. Kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan wewenang (the ability to delegate the authorities)
d. Kemampuan menanamkan kesetiaan (the ability to command loyalty) Sedangkan Keith Davis dalam bukunya yang berjudul Human behavior at work - Human relation and organizational behavior seorang pemimpin harus memiliki 4 kelebihan disbanding bawahan, yaitu
a. Intejensia (intelligence). Pada umumnya pemimpin harus memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dibanding bawahan
b. Kematangan dan keluasan pandangan sosial (maturity and breadth). Dengan kematangan dan keluasan pandang sosial, diharapkan akan dapat mengendalikan keadaan, kerjasama sosial, dan keyakinan serta percaya diri.
c. Memiliki produktivitas kerja pegawai dan keinginan berprestasi yang datang dari dalam (inner motivation and achievement desires).
d. Mempunyai kemampuan untuk mengadakan hubungan kerj asama (human relation attitude). Seorang pemimpin harus lebih mengetahui disbanding bawahannya, karena dalam kehidupan organisasi diperlukan kerjasama atau saling ketergantungan (interdependency) antara anggota­anggota kelompok.
Dari pendapat-pendapat tersebut, apabila dikelompokkan, sifat pemimpin dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu:
Pertama,  sifat pribadi yang meliputi fisik, kecakapan (skill), teknologi, daya tanggap (perception), pengetahuan (knowledge), daya ingat (memory) dan imajinasi (imagination).
Kedua, adalah sifat subyektif yang merupakan keunggulan seorang pemimpin, mencakup keyakinan (determination), ketekunan (persistence), daya tahan (indurance), dan keberanian (incourage).
Sifat-sifat kepemimpinan di Indonesia yang sangat terkenal adalah sifat sebagaimana diperkenalkan oleh Ki Hadjar Dewantoro, yaitu ing ngaraso sung tulodo, Ing madyo mangun karaso, Tut wuri handayani, yang mengandung arti sebagai berikut:
a. Seorang pemimpin, apabila di depan harus dapat memberi keteladanan yang baik kepada bawahan, karena pemimpin adalah panutan bagi bawahannya.
b. Apabila pemimpin berada di tengah-tengah, harus dapat meladeni dan menampung aspirasi lingkungannya, serta bersikap tanggap terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya.
c.  Apabila pemimpin tersebut berada di belakang, harus dapat mendorong produktivitas kerja pegawai, menjadi faktor pendorong bagi bawahan untuk kemajuan organisasi (perusahaan).
2. Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku
Berangkat dari pemahaman bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan, maka disamping sifat pemimpin, juga tidak terlepas dari perilaku (gaya) pemimpin yang bersangkutan.
Dari pemahaman tentang kepemimpinan menurut (Hadari 2003:55), dapat dirumuskan ada 2 fungsi pemimpin, yaitu (1) fungsi yang berkaitan dengan tugas (task oriented) atau sering disebut dengan fungsi pemecahan masalah (problem solving function), dan (2) fungsi pemeliharaan kelompok (Group maintenance) atau disebut sebagai fungsi sosial (social function). Sedangkan gaya kepemimpinan pada hakekatnya berhubungan dengan gaya pemimpin tersebut berhubungan dengan bawahan. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan tersebut dapat bersifat (1) berorientasi pada tugas (task oriented style) dan (2) berorientasi pada bawahan (employee oriented style).
Ciri masing-masing gaya kepemimpinan tersebut adalah
a. Berorientasi pada tugas:
1)  Pemimpin selalu memberi petunjuk kepada bawahan
2)  Selalu melakukan pengendalian dengan ketat atas kerja bawahan
3)  Berusaha meyakinkan bawahan, bahwa tugas-tugas harus dapat
     diselesaikan sebagaimana keinginan pemimpin
4) Lebih menekankan pelaksanaan tugas disbanding pembinaan dan
pengembangan pegawai
b. Berorientasi pada bawahan
1)  Lebih banyak memberi produktivitas kerja pegawai daripada
     melakukan pengawasan
2)  Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan
3) Bersifat penuh kekeluargaan, percaya, hubungan kerjasama yang saling menghormati, di antara sesama rekan sekerja
3. Kepemimpinan Menurut Teori Kontingensi
Pada mulanya teori ini dikembangkan oleh Fedler, dan sering disebut Fedler's Contingenciy Model (Wahjosumidjo, 1999;33) Ada dua hal pokok yang menjadi sasaran, yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang sangat penting dalam satu situasi, dan memperkirakan gaya atau perilaku kepemimpinan yang paling efektif untuk situasi tersebut. Menurut Wahjosumidjo (1999;33) mengidentifikasi situasi kerja ada 3 elemen penting yang akan menentukan gaya kepemimpinan, yaitu :
1) Hubungan antara pemimpin dengan bawahan (leader – member relationship), yaitu dengan mengukur kualitas hubungan antara pemimpin dengan bawahan.
2)   Struktur tugas (task structure), yaitu menyusun tugas-tugas dalam struktur yang jelas.
3) Kewibawaan kedudukan pemimpin (Leader's position power), yaitu bagaimana kewibawaan formal dari seorang pemimpin tersebut dilaksanakan terhadap bawahan.
Model terakhir dari kepemimpinan menurut teori kontingensi dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth Blanchard (Stoner, 1978;77) yang disebut The Life Cycle Theory, yang mengatakan bahwa gaya kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang disesuaikan dengan tingkat kedewasaan (maturity) pemimpin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar